ATM Kondom perselingkuhan antara marxis dan kapitalis


Ada sekelompok orang menyatakan bahwa penyebaran wabah AIDS akan bisa dihambat apabila menggunakan kondom dalam berhubungan Seks. Kelompok ini juga memahami seks adalah kebutuhan naluriah manusia yang tidak bisa disekat sekat oleh mitos ataupun aturan aturan yang menghalangi penyaluran hasrat itu. Manusia dilahirkan karena aktivitas seks berarti manusia adalah produk dari seks itu sendiri. Seks menurut mereka menempati kasta yang sejajar dengan makanan. Dengan makan setiap hari manusia tumbuh dan berkembang sesuai dengan hukum hukum alam, tanpa makanan manusia akan layu dan mati. Begitu juga seks telah menjadi kehendak naluriah manusia sejak manusia pertama kali diciptakan. Tanpa seks tidak ada regenerasi manusia Seks secara terus menerus tanpa makan juga akan letih dan tidak akan mendapat kepuasan yang maksimal. Sekelompok orang yang berpandangan seperti yang diurai diatas sedikit mencerminkan sikap golongan sosialis/marxis yang menghendaki kebebasan seks .

Kebebasan seks akhir decade ini membawa konsekuensi kepada penyebaran penyakit kelamin seperti halnya AIDS yang mewabah dan membahayakan kehidupan manusia keseluruhan . Tidak hanya pelaku seks bebas tetapi juga membahayakan pasangan masing masing maupun anak yang dikandung oleh penderitanya. Mungkin inilah yang sedikit membedakan manusia dengan Ayam. sewaktu kecil kita sering memerhatikan seekor ayam jantan mengejar seekor ayam betina dan kemudian”memperkosanya”. Tak jarang “sang Ibu” pun tak luput dari “perkosaan” ayam jantan tersebut yang tentunya tanpa melalui prosesi pernikahan dulu. Bedanya dengan manusia, Kebebasan seksualitas dari ayam ayam tadi tidak diikuti oleh mewabahnya penyakit kelamin seperti halnya manusia.

Mewabahnya penyakit kelamin dewasa ini disikapi berbagai macam cara oleh pihak pihak yang merasa berkepantingan. BKKBN misalnya memilih menggunakan alat kontrasepsi/kondom sebagai solusi untuk menekan laju wabah AIDS yang mulai mengancam Indonesia. Secara implisit kebijakan ini sejalan dengan pandangan kaum sosialis tadi dengan tidak mempermasalahkan seks bebas asal menggunakan kondom maka ancaman AIDS akan tertanggulangi. Hal itu diwujudkan dengan penyebaran ATM kondom di beberapa tempat di Ibu Kota serta kota kota besar lainnya.

Bagaiman kaum kapitalis melihat fenomena ini ? dalam benak kapitalis setiap inci kehidupan adalah “laba” sehingga “burung kakak tua yang terselip “ itu pun dapat mereka lihat sebagai sumber dari keuntungan/laba yang akan mereka peroleh. Tanpa mengindahkan moral( kita memang tidak meninjau segi moral disini) seperti halnya pemikiran kaum sosialis mereka juga ikut masuk meramaikan pertunjukan pelegalan seks bebas dengan memproduksi kondom ber aneka rasa untuk disalurkan ke ATM ATM kondom yang sebentar lagi menjamur di Indonesia. Sehingga pelaku seks bebas akan dapat menyalurkan libidonya dengan rasa strawberry, pisang, mangga dan semacamnya.

Jadilah kaum sosialis yang selalu siaga untuk menghantam musuh tradisi mereka (kapitalis) menyalurkan libidonya dengan lebih dahulu meyarungkan kondom ke “burung kakak tua” yang dibeli dari ATM kondom milik kapitalis. Sementara itu si lintah darat taipan kapitalis dengan suka cita menyediakan pesanan aneka macam rasa kondom bagi dari kamerad kamerad sosialis yang sedang berpacu di lorong lorong kenikmatan disudut sudut negeri.

Dan perselingkuhan pun terjadi…pertentangan tradisi ideology selama ini bisa dilupakan sementara waktu karena kamerad sedang bercucuran keringat memacu libidonyo dan taipan berusaha menyiapkan rasa lainnya buat memenuhi hasrat sang kamerad.

Heheheh…dunia yang lucu..

a poem


Dimasa muda, kau cari harta dengan mengorbankan kesehatan, sesudah itu, giliran kau buang harta untuk mendapatkannya kembali. Tapi akhirnya yang kau dapatkan hanya sepetak tanah dan sekerat nisan.

Karena hartamu ternyata hanya hak pakai, yang tak bisa dibawa ke akhirat. Dan disanapun hatimu pasti masih merisaukan mereka yang hidup ! lalu apa yang disebut kebahagiaan…oh manusia yang malang ?

Padahal surga jelas jelas ada didepan matamu. Tanah yang kau pijak adalah suci, seperti juga dengan tubuhmu. Karena itu hidup pada detik ini dan disini adalah indah dan suci untuk dijalani. Seperti halnya…didalam biji pasti sudah ada pohon.

Bermimpi berharap empati


Sejak selasa 6 Desember lalu setiap pengemudi maupun penumpang Bus kota yang melewati jalan Diponegoro akan menikmati suguhan pemandangan baru yaitu sebuah patung Pangeran Diponegoro yang menunggang kuda dengan gagahnya. Posisi nya persis sama dengan yang ada dilukisan Hendra Gunawan (patung berkuda) yang juga diperindah dengan diorama air mancur nan eksotik. Sebuah karya yang patut diacungin jempol karena merupakan hasil seni dan imajinasi seniman lokal (jogja).

Persmian Patung yang bertepatan dengan ulang Tahun Gubernur DKI Sutiyoso tersebut dihadiri oleh kalangan pejabat maupun Taipan Ibu Kota. Termasuk Juga Ciputra yang merupakan pemilik Patung tersebut dan menghibahkannya ke Pemerintahan DKI. Konon katanya jika dilelang harga Patung tersebut mencapaia 10 Milyar rupiah. Sebuah nilai materi yang fantastis ditengah terpuruknya ekonomi Bangsa.

Ironi !

itulah kata yang tepat untuk menggambarkan kemegahan dan kemewahan hadiah ulang tahun Sutiyoso ini. Ditengah pahit dan peliknya permasalahan kemiskinan yang melanda sebagian besar masyarakat Indonesia dan kaum pinggiran di Ibu Kota khususnya, seorang Pejabat sang pengayom rakyat tidak bisa (atau tidak mampu ) menunjukkan empatinya. Sesungguhnya dibalik gemerlapnya Ibu Kota dan tingginya pencakar langit yang menghiasi setiap jalan protokol masih banyak rakyat miskin yang butuh pertolongan atau paling tidak sedikit berharap empati dari Pemimpinnya.

Seandainya...Pejabat maupun segelintir orang kaya di Negara ini memiliki empati terhadap masyarakat miskin mungkin belum saatnya untuk membuat Patung semahal ini. Bayangkan saja dengan dana sebanyak itu Pemerintah DKI Jakarta bisa mewujudkan mimpi sebagian rakyatnya yang belum punya rumah. Dengan mendirikan perumahan sederhana untuk rakyat sedikitnya 200 KK akan tertolong dan bisa hidup layak dengan memiliki rumah sendiri. Apalagi nantinya Sutiyoso berencana mendirikan patung serupa disetiap persimpangan jalan yang sesuai dengan nama jalannya. Bayangkan saja berapa dana yang akan terkuras untuk mewujudkan ambisi Sang Gubernur tersebut.

Memang seharusnya Kita memilih Pemimpin yang punya empati terhadap penderitaan rakyatnya. Bukan Pemimpin yang dirasuki oleh ambisi pribadinya untuk memperoleh kemegahan dan kemewahan….

Yah...mo gimana lagi...Kita sudah ketinggalan kereta..namun masih ada kapal ke Padang

Baliak ka Nagari, Baliak ka Surau


Minangkabau saat ini dikenal sebagai suku yang paling banyak membicarakan dirinya sendiri. Hal ini tak lepasa dari romantisme masa lalu dimana Bangsa ini terbentuk dari campur tangan Orang Minang sebutlah hatta, Natsir, Agus Salim, Tan malaka. Hal ini memang tak terbantahkan karena sejarah tak bisa dilupakan. Orang Minang dimasa lalu dikenal sebagai Gudangnya Intelektual yang cemerlang diakui dunia Internasional.

Surau adalah elemen penting mengapa Orang Minang beberapa decade lampau sanggup diperhitungkan oleh semua elemen bangsa ini. Beranjak dari Budaya masyarakat dimana setiap lelaki di Minang yang beranjak dewasa sudah malu untuk tinggal dirumah Ibunya, sehingga mereka memutuskan untuk tinggal di Surau. Surau adalah suatu tempat dimana mereka mengaji, membahas Ilmu Agama hingga masalah social politik maupun membincangkan pergerakan melawan penjajahan Belanda dan Jepang. Sehingga tak mengherankan bila dalam diskusi panjang tersebut menghasilkan eksperimen ideology yang cukup mencengangkan. Hatta dengan demokrasi, Natsir dengan Islam, Sutan Syahrir dengan sosialis, Tan Malaka dengan komunismenya, Sutan Takdir Alisyahbana dengan Liberalisme Kapitalisnya. Kesemua pemikiran itu bisa berkembang sedemikian rupa ditunjang oleh kondisi Bangsa saat itu yang berjuang mencari kemerdekaan dan setelah merdeka kemudian mencari jati dirinya.

Pemberontakan PRRI 1958

Pemberontakan ini menjadi titik tolak mundurnya Intektual Minang dalam percaturan Politik maupun pendidikan. Setelah pemberontakan ini selesai orang muda Minang tidak sanggup lagi menengadahkan kepalanya malah kebanyakan menyembunyikan identitas sebagai Orang Minang. Kemudian terjadi eksodus besar besaran Orang muda Minang meninggalkan nagarinya dan merantau kedaerah lain. Hal ini tak lepas dari pola pemumpasan gerakan ini dimana pihak pusat menerapkan azas” musuh lawan adalah kawan”. Azas inilah yang menjadi dasar Pemerintah Pusat menggandeng PKI dalam merehabilitasi daerah konflik. Setelah daerah kembali aman, orang orang PKI mengambil alih hampir semua lini dalam pemerintahan daerah, wali nagari dan lainnya. Realita ini semakin membuat Orang minang yang dikenal sangat anti PKI semakin terjepit. Setiap kegiatan yang berbau keagamaan maupun Sospol di intimidasi oleh PKI sehingga lambat laun Peran Suraupun sudah mulai terbengkalai dan ditingalkan. Perubahan system pemerintahan dari Nagari menjadi desa ditengarai juga semakin memperparah keadaan dan semakin memudarkan identitas Minang sebagai gudangnya kaum Intelektual.

Baliak ka Nagari sebuah solusi

Sejak reformasi bergulir, daerah sedikit punya nafas untuk menentukan kebijakannya sendiri. Komitmen Pemerintah Propinsi agar Sumbar kembali ke pemerintahan Nagari merupakan suatu langkah yang tepat. Namun pelaksanaannya sepertinya hanya sampai pada tingkat administratif saja. Namun yang substansinya baliak ka nagari ialah kembali menerapkan adat dan budaya Minangkabau seutuhnya tidak hanya dalam wilayah administrative tapi juga meliputi kembali ke sistim adat secara keseluruhan. Surau sebagai elemen yang sangat menentukan dalam pendidikan Sumbar harus dibangkitkan kembali. Diperlukan tekat yang kuat dari penyelenggara Propinsi untuk mewujudkan hal ini baik berupa Perda atau keputusan dari pemerintah Provinsi agar setiap Nagari di Sumbar mendirikan satu surau pernagari serta memfasilitasi infrastruktur maupun suprastrukturnya. Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan kita nanti bisa melihat tumbuhnya kembali surau dan generasi muda Minang kembali menyelami ilmu pengetahuan secara lebih mendalam. Beberapa tahun kemudian kita akan melihat munculnya Surau Politik, Surau Kimia, Surau Matematika, Surau IPtek sehingga Minangkabau tidak lagi membicarakan diri sendiri namun Bangsalah inilah yang akan membicarakannya.

Kapitalisme aja deh...


Sepertinya diskursus tentang neo liberalisme dengan kapitalisme masih saja mengundang perdebatan hangat. Banyak yang melihat kapitalisme dengan pandangan penuh curiga dan menganggap biang kerok dari permasalahan bangsa ini adalah akibat dari kapitalisme tersebut. Atau mungkin karena menganggap jargon ini berasal dari dunia barat yang nota bene bukan berasal dari kita ?

Kalau di analisa lebih lanjut. Indonesia menjadi sangat terpuruk seperti sekarang ini karena setengah setengah menjalankan system ekonomi liberalisme. Pemerintah hanya menjalankan berdasarkan permintaan dari lembaga donor macam IMF dan Paris Club tanpa meletakkan prinsip prinsip dasar Kapitalisme. Nah inilah yang memiskinkan kita sesungguhnya. Paling sedikit ada dua ide pasar kapitalis yang musti dipenuhin apabila ingin bangkit dari keterpurukan selama ini yaitu pengakuan terhadap hak usaha individu dan kebijakan perekonomian yang rasional

Di Indonesia tidak diakui sebenarnya hak kepemilikan Individu. Sehingga perusahaan perusahaan asing maupun Usaha Kecil Menengah (UKM) perlu berpikir panjang untuk menanamkan assetnya di Indonesia. Dalam sistem negara modern, pengakuan negara atas hak kepemilikan dan perlindungan terhadapnya menjadi keharusan. Tanpa jaminan hukum atas hak kepemilikan, setiap individu dapat menjadi korban birokrasi yang korup, politisi dan aksi premanisme dan maraja lelanya pungutan pungutan liar. Dengan realita seperti ini apabila Pemerintah benar benar serius ingin menarik investasi ke Indonesia maka hak kepemilikan pribadi harus dijamin secara hukum oleh Negara. Masalah ini sering terjadi ketika pemilik UKM ingin mengembangkan usahanya menjadi lebih besar. Ketiadaan pengakuan hukum atas usaha mereka menyebakan sulitnya untuk meminta kredit dari Bank. Contoh kongkrit adalah China, Negara yang beranjak menjadi Negara kapitalis besar di Asia ini meliberalisasi sector keuangan dengan memanfaatkan Bank. Dana pembangunan yang sebelumnya mengandalkan alokasi anggaran Pemerintah mulai diserahkan kepada perbankan yang nerupakan pilar mekanisme pasar. Semangat rakyat dirangsang untuk mengembangkan perekonomian. Hasilnya dalam beberapa tahun saja produksi pertania melejit. Ditambah lagi dengan keseriusan Pemerintah China mempromosikan lokasi yang bisa dujadikan investor mendirikan perusahaan nya di China, sebutlah Guangdong, jiangsu, Shanghai dan banyak lagi. Setiap investor yang berniat menanamlan modalnya dichina juga mendapat skala yang luas dan ijin jangka waktu penggunaan tanah ataupun Hak Guna Bangunan (HGB) yang lebih panjang daripada Indonesia.

Kapitalisme juga menganut paham rasionalitas, kaum liberalis menginginkan produksi barang yang sebesar besarnya dan mencari keuntungan yang maksimal. Untuk ini perlu rasionalisasi dalam system produksi. Baik itu dalam pembagian kerja maupun kalkulasi biaya produksi. Untuk ini juga dibutuhkan kebijakan yang rasional dari pemerintah Negara tempat mereka menanamkan modal. Hal ini juga tidak ada di Indonesia kebijakan tidak memihak kepada penanam modal baik itu kebijakan dalam pajak perdagangan , suku bunga dan sebagainya. Pemerintah China memiliki keunggulan dengan kebijakan yang dibuat mengenai investasi terkesan mudah, tidak bertele tele baik dari awal hingga selesai menjaluin kerjasama. Pelayanan ijin ijin apapun seperti ijin bentuk usaha, NPWP maupun mengadukan permasalahan yang timbul cukup dilayani di satu atap jadi tidak seperti di Indonesia yang musti melalui birokrasi berbelit yang berujung maraknya pungutan liar. China juga menerapkan strategi khusus dalam pajak. Consumer tidak terbebani oleh pajak yang mencekik leher, kalau di Indonesia terdapat pajak daerah dan bermacam pajak lagi sementara china menetapkan pajak tertinggi adalah 17%.

Nah singkatnya..saya melihat ada jalan pintas yang cukup cepat dilalui dibanding dengan terus meperdebatkan ideologi dan system ekonomi yang cocok untuk menandingi liberalisme kapitalis sementara Bangsa ini masih tetap terpuruk. Kenapa kita tidak menceburkan diri saja secara menyeluruh kedalam system liberal ini dengan membentuk fondasi prinsip prinsip dasar dari liberal itu sendiri ? Negara Negara yang murni menerapkan system ekonomi pasar kapitalis tingkat kesejahteraannya cukup merata dibandingkan dengan Negara kita misalnya yang belum sepenuhnya menjalan system ekonomi ala liberal tersebut..

Bagimana ? anda tertarik ?



Kebijakan Impor beras dan derita Petani


Kalau setiap anak sekolah ditanya apa cita citanya, mungkin mayoritas menjawab mau jadi Dokter atau Pilot . Mungkin tidak ada yang jawab akan menjadi Petani padahal menjadi Petani adalah pekerjaan yang teramat mulia.Begitu juga bila ditanya Ibu ibu apakah mau punya menantu seorang Petani ? Tentu tidak, apa sebab ? karena memang Petani selalu menjadi bagian lapisan masyarakat yang berada di strata terbawah, amat jauh dari kemakmuran. Kapan Petani akan makmur ? mungkin harus ditanyakan pada rumput yang bergoyang, selain petani selalu saja dilanda musim kering, harga pupuk mahal, hama, puso , program pemerintah juga tidak ada yang memihak pada Petani.

Kini baru saja Petani sedikit lega dengan naiknya harga gabah hasil produksinya,izin impor beras turun dengan dalih mendukung program untuk rakyat/warga miskin. Padahal, baru dua bulan lalu pemerintah menegaskan akan mempertahankan kebijakan larangan impor beras hingga akhir tahun karena perkiraan produksi dalam negeri yang masih di atas kebutuhan konsumsi. Kebijakan impor ini sangat konyol karena sebentar lagi Petani akan panen Raya dan diprediksikan akan terjadi surplus sehingga impor beras sebenarnya tidak dibutuhkan. Lebih konyolnya lagi harga beras yang akan dibeli dari Impor tersebut lebih mahal (yaitu seharga Rp. 3.400/kg) dari pada harga beras yang dibeli dari Petani (yakni Rp.2.900/kg) dengan kualitas beras yang sama. Dari sini kita menilai bahwasanya Pemerintah lebih membela Petani luar dibanding Petani negeri sendiri. Petani sangat dirugikan karena dengan impor beras tersebut serta didistribusikannya kepada Pasar akan merusak harga pasar dan otomatis mengurangi pendapatan Petani dengan menurunnya harga gabah. Ataukah memang ini tujuan Pemerintah ? Impor beras ini memang sengaja dilakukan untuk mengontrol harga gabah Petani yang cenderung naik belakangan ini. Ini berarti Petani memang tidak akan pernah hidup makmur di negeri yang gemah ripah loh jinawi ini.

Sekali lagi kebijakan yang dikeluarkan kali ini dirasa tidak melalui perhitungan dan pengetahuan yang matang dari Pemerintah. Sehingga pantas dicurigai adalah hasil dari lobi pengusaha importer yang berada di lingkaran kekuasaan. Sementara Petani tetap menjadi bagian yang dikorbankan demi kepentingan pihak yang berkepentingan dalam impor tersebut.

Beginilah jika Pucuk Pemerintahan dipenuhi oleh saudagar saudagar yang gila akan kedudukan dan harta. Pemerintah tidak lagi membela Petani, Partai Politik juga tidak menyadari bahwasanya Petani adalah konstituen mereka terbesar di Negara ini sehingga tidak patut untuk diperjuangkan. Lalu siapakah yang akan membela Petani kita untuk lebih baik dari keterpurukannya ?

Duh Ayah dan Ibu…semoga sawah dan ladang kita tetap berair musim ini.

Humor minggu ini


Selama lebih kurang seminggu ini gw selalu mendapat hiburan yang mengocok perut setiap membaca Koran maupun menonton TV. Biasanya gw nonton TV hanya pada jam 9 malam (kesukaan gw sama ama SBY nonton sinetron kiamat sudah dekat) dan nonton Stasiun Ramadhan ketika sahur. Tapi praktis seminggu ini gw suka sekali menyimak berita di TV..ya itu tadi grup humor terkocak yang dikomandani SBY sukses menyuguhkan drama yg mengocok perut..hahaha

Ketika mereka memainkan drama kenaikan tunjangan DPR gw ngerasa begitu sedih atas nasib rakyat Indonesia termasuk gw tentunya. tapi beda kali ini, kelaraan gw akhirnya terobati karena gw benar benar ketawa ngakak ketika SBY mengaku terkejut ketika anggaran operasional dilingkungannya nya dinaikkan mulai tahun ini !!??

Kok gw ketawa ? Ya..iyalah.. dalam pemikiran gw yg amat sederhana, menteri yang nota bene adalah pembantu presiden tentunya mengeluarkan program maupun kebijakan yang telah disetujui presiden. Jadi sangat lucu rasanya ketika SBY mengatakan tidak tahu mengenai kenaikan anggaran operasionalnya yang lebih dari 1 trilyun itu itu..

hahahaha mana mungkin githu looohhhh…..

Menangislah Rakyat Indonesia


Terkuak sudah rahasia yang selama ini selalu menjadi tanda tanya. Pemerintah yang dipilih rakyat secara langsung menaikkan harga BBM menjadi hamper 2x lipat dengan persetujuan DPR (Dewan Perwakilan Rakyat). Dalam tataran logika berfikir seharusnya anggota DPR yang dipilih melalui pemilihan langsung tersebut menolak kenaikan BBM yang terlalu besar. BUkankah untuk itu mereka dipilih ..membela rakyat dari kebijakan pemerintah yang tidak bijak ?

Namun itu sebuah Tanya yang tak perlu dijawab, waktu telah memberikan jawabnya Anggota Dewan yang terhormat yang katanya wakil rakyat tak lebih dari pada seonggok sampah yang bagaikan musang berbulu ayam. Kumpulan orang berdasi tak lebih sebagai pemeras rakyat semata. Setelah menjadi calo bantuan daerah yang kena musibah, sekarang mereka telah terbukti bersekongkol dengan pemerintah dalam mengambil kebijakan kenaikan BBM yang lalu. Persetujuan DPR untuk kenaikan BBM ternyata mendapat imbalan dengan tunjangan operasional sebesar 10 Juta perbulan dan itu diambil dari APBN !

Busuk……!!!!

Ini jelas tidak adil. Apalagi jumlah yang mereka terima 100 kali lipat dari bantuan langsung tunai yang diterima rakyat miskin sebagai kompensasi kenaikan harga BBM. Jika dilihat dari formulasinya gaji operasional seharusnya sudah tidak perlu lagi. Apalagi jumlah gaji dan tunjangan lain yang diterima anggota DPR saat ini sudah sangat tinggi. Gaji plus tunjangan terakhir sudah mencapai Rp 39 juta per bulan. Jika sekarang mendapat Rp 10 juta, berarti anggota DPR menerima Rp 50 juta per bulan.

Sebuah angka yang sangat fantastis bagi ukuran kesejahteraan orang Indonesia apalagi bagi mereka yang rela antri berjam jam hanya untuk mendapat kompensasi 100 ribu perbulan….duh…

Apakah masih bisa berharap untuk dapat hidup nyaman dan tenteram di bumi pertiwi ? jika pemerintah dan lembaga yang mewakili rakyat sudah tak memiliki lagi hati nurani… jika orang orang yang memiliki kewenangan untuk mengatur Negara ini hanya mengejar kepentingan pribadi mereka untuk menumpuk kekayaan. Sementara rakyat kecil semakin terjepit dengan ke laraan mereka…betapa banyak lagi bayi bayi yang harus menangis karena air susu Ibunya kering …? Betapa banyak lagi anak2 yang musti turun kejalan sekedar untuk menayambung hari esok….?

Duh……

menangislah rakyat Indonesia….menangislah…biarkan Ibu pertiwi mendengar ratapan mu…..

Bom Bali dua ;sebuah konspirasi ?


Ada dua respon yang cukup dominan dalam pendekatan terhadap peristiwa Bom Bali II pertama,mereka yang percaya pengeboman di New York itu dilakukan kelompok Islam radikal, atau dalam bahasa Barat disebut kelompok fundamentalis Islam yang di Indonesia sering dikaitkan terhadap keberadaan jamaah Islamiyah di pimpin Ustadz Abu Bakar Baasyir

Kedua, mereka yang lebih percaya pada teori konspirasi. Kelompok ini percaya teori konspirasi karena tidak percaya kelompok Islam melakukan aksi dahsyat tersebut. Bagi mereka, tragedi itu tak lebih, dilakukan antek-antek Amerika ,Australia dan Israel. Pendekatan kedua ini sangat laris berkembang di negeri kita dan menjadi bahan perdebatan yang cukup panjang.

Dari dua respon yang di kelompokkan diatas masing2 memiliki kelebihan dan kekurangan terutama teori konspirasi.

Teori konspirasi adalah teori yang dibangun atas dasar prakonsepsi, asumsi-asumsi atau bahkan imajinasi yang sudah kita bangun lebih dulu, dan itu sulit dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Dia selalu mengarah pada apa yang disebut pharanoia within reason. Jadi ada semacam pharanoia dalam akal pikiran. Teori konspirasi juga biasa mengembangkan apa yang dalam ilmu komunikasi disebut sistimatically distortion of information, informasi yang sengaja didistorsi secara sistimatis, sehingga sulit untuk dipertanggungjawabkan. Teori konspirasi juga mengarah pada terrorizing of the truth, meneror kebenaran itu sendiri, karena sulit dibuktikan. Nah, itulah yang perlu disaring.

Menurut saya, tidak adil mengatakan bahwa gerakan radikal Islam tidak ada. Kita harus jujur melihat akar historisnya cukup banyak di Indonesia, mulai dari Kartosuwiryo dan lainnya. Sementara dalam kalangan Islam sendiri ada metode dakwah yang radikal, minna minkum, kita-mereka, us and them. Sasarannya juga tidak jelas. Konsep dakwah yang fundamental selalu bil hikmah, dengan kebijaksanaan, wal mau‘idhatil hasanah, dengan teladan yang baik, wajâdilhum billati hiyâ ahsan, dengan perdebatan yang bermoral.

Setelah peristiwa 9 september di new york Osama bin Laden telah menjadi Ikon kedua setelah Saddam sebagai salah seorang pahlawan baik dalam televise maupun carito2 lapau. Setiap orang yang menikmati berita Televisi selalu mengeluarkan pernyataan yang membela kedua orang tersebut .Sikap pembelaan terhadap ikon baru itu kiranya lepas dari penilaian mereka telah melakukan pembunuhan massal, terror yang bertentangan dengan Hukum Internasional maupun hokum Islam. Suatu latar belakang kefanatikan yang secara penilaian objektif sangat tidak masuk akal Sebenarnya itu tidak lepas dari apa yang saya sebut diatas sebagai akar histories yang sudah ada di dalam kehidupan masyarakat kita. Betapa banyak kaos bergambar Osama dan Saddam yang laris dijual pedagang di Tanah Abang. Sedikit bukti bahwa mayoritas rakyat Idonesia telah mengidolakan kedua tokoh tetrsebut dengan alasan yang sederhana: mereka adalah Moslem ! hal itulah yang menimbulkan gejolak di dalam dada segelintir “kaum” di Indonesia.Sehingga tanpa adanya kerjasama dengan jaringan Al Qaidah pimpinan Osama bin Laden pun semangat untuk memerangi apa yg disebut kaum kafir akan dengan mudahnya membakar diri “kaum” yang kita sebut fundamentalis tadi.

Terlepas dari kekurangan maupun kelebihan dari dua pendekatan tersebut diatas kita sangat berharap sekali Polisi selaku penegak hukum dan penyidik mampu mengungkap kebenaran dibalik ini. Siapa yang bertanggung jawab dengan terror yang sangat merugikan Indonesia sebagi Bangsa. Kita berharap Polisi Indonesia mampu melakukan pengusutan secara empiric dengan mengemukan fakta fakta dan bukti bukti yang jelas dan kongkrit serta tidak menimbulkan asumsi asumsi yang bisa menimbulkan bermacam persepsi yang bias memecah belah persatuan bangsa.

Kompensasi BBM sebuah solusi gampangan dari pemerintah yang sontoloyo


Mengapa pemerintah terkesan "miskin pemikiran" dan miskin inovasi” dalam menghadapi derita rakyatnya meskipun di Bappenas, Depdagri, Depsos, dan Menko Kesra dan BKKBN, sebenarnya banyak birokrat yang sudah cukup banyak "makan asam garam" dalam program-program penanggulangan kemiskinan yang dibutuhkan ?.
Alangkah tragis pemerintah "SBY-JK" yang berjanji mengadakan perubahan-perubahan ternyata sekadar melanjutkan kebijakan dan program-program penanggulangan kemiskinan yang sudah diketahui banyak keliru dan banyak kebocorannya.

Memang kenaikan BBM bukan hanya kali ini saja, namun kenaikan kali ini sama sekali beda motifnya dengan kenaikan sebelumnya. Kenaikan kali ini tidak hanya berdalih mengurangi subsidi atau menyesuaikan dengan harga pasaran Internasional tetapi juga suatu dalih yang sepintas kedengaran sangat indah yang katanya manfaat dari kenaikan BBM kali ini bakal dirasakan oleh penduduk miskin. Mereka akan menerima dana kompensasi sebesar Rp 100.000 untuk penduduk yang berpenghasilan kurang dari Rp 175.000 perbulan.

Jelasnya, setiap keluarga yang memiliki penghasilan kurang dari Rp. 175.000 /bln berhak mendapatkan jatah tersebut. Bahkan supaya dana itu tidak susut di jalan. Pemerintah mengirimkan dana tersebut melalui kantor pos maupun BRI. Namu rencana yang begitu menakjubkan dan mengundang decak kagum itu menyimpan pertanyaan tentang siapakah yang sungguh sungguh berpenghasilan kurang dari Rp. 175.000 sebulan ?

Faisal seorang tukang parkir di pasar Tapi Selo Lintau ( sebuah nagari terletak dipedalaman Sumbar) yang terdaftar sebagai penduduk miskin di kantor Walinagari berpenghasilan minimal Rp 30.000 sehari itupun kalo lagi sial alias pasaran sepi, berarti dalam sebulan ia mengantongi Rp 900.000. Kemudian Mak Inal seorang tukang tambal ban di pasar Piladang mengaku mengantongi paling tidak Rp 20.000 sehari dan Mak Inal pun telah terdata sebagai GAKIN atau warga miskin yang berhak menerima dana kompensasi….Wuih..

Walau bagaimanapun ironinya program itu tetap dijalankan oleh pemerintah tidak peduli siap atau tidaknya stake holder yang akan terlibat. Dan akibatnya kekonyolan kekonyolan seperti paparan diatas pun terjadi merata di seluruh Tanah Air. Diantara pengantri penerima kompensasi banyak terselip orang berpakaian rapi serta mengendarai motor yang baru dikredit. Sementara dibeberapa daerah di Jawa maupun daerah lainnya banyak banyak orang miskin yang dirasa pantas menerima kompensasi tersebut tidak mendapatkan kartu miskin. Kemudian betapa banyak laporan adanya potongan potongan yang dilakukan oleh perangkat desa dan BPS sebuah kekonyolan yang seharusnya sudah diprediksi oleh pemerintah.

Banyak penyebab dalam hal ini. Pertama, petufas BPS tidak bekerja atas dasar kategori yang ketat. Kedua, desa desa di Indonesia yang sudah merdeka 60 tahun tidak memiliki system administrasi pendataan penduduk yang benar berdasarkan kemampuan social ekonomi. Ketiga, petugas BPS hanya menerima data dari kepala Desa tanpa mengecak kebenarannya.keempat, membayar tunai kepada 15 juta kepala keluarga di Indonesia adalah pekerjaan raksasa yang sangat terbuka terhadap penyelewengan (media Indonesia, editorial,12/10/2005.

Kekonyolan demi kekonyolan diatas membuktikan Pemerintah maupun masyarakat tidak siap untuk melaksanakan program ini. Yang dibutuhkan masyarakat miskin Indonesia bukan uang kontan sesungguhnya. Tetapi peluang dimana mereka dapat berkarya untuk memperoleh uang tersebut. Dengan kata lain bukan ikan yang mereka butuhkan melainkan kail. Tindakan yang memberi uang adalah tindakan kuratif yang tidak menyentuh akar permasalahannya. Jelasnya yang dinantikan rakyat bukan belas kasih. Ia tidak mau disayangi apalagi dimanjakan. Ia memiliki potensi diri untuk bekerja hingga dapat menghasilkan sesuatu yang berguna untuk keluarganya.

Dari uraian diatas jelaslah bahwa program kompensasi BB mini adalah program yang tidak melalui kajian mendalam dari Pemerintah hanya sekedar melarikan diri dari akibat menaikkan BBM.

Jelasnya program gampangan dari Pemerintah yang sontoloyo.

Kongres Minangkabau akankah membawa perubahan ?



Kongres Minangkabau masih akan di langsungkan pada akhir tahun 2005, namun gaungnya telah terasa sejak beberapa bulan lalu terutama dikalangan akademisi maupun aktivis Minang di Rantau. Kongres yang sedianya akan dihadiri oleh berbagai elemen yang mewakili kemajemukan masyarakat Minangkabau seperti Pemprov, LKAAM, Bundo Kanduang, Organisasi pemuda, perantau serta eleman organisasi lainnya.

Keinginan untuk mengadakan Kongres MInangkabau ini pada mulanya karena semakin memuncaknya kekhawatiran dari Pemprov beserta semua elemen masyarakat melihat gambaran Minangkabau kini yang amat sangat berbeda dari Minangkabau semasa jayanya dulu. Indikasinya adalah semakin lunturnya moral agama, pudarnya masyarakat adat, pendidikan yang semakin tertinggal, serta perekonomian yang semakin sulit. Ketertinggalan disegala bidang hal itulah yang sering menjadi buah bibir masyarakat Minang yang ada di rantau apabila ditanya mengenai gambaran Minangkabau yang ada sekarang.

Tulisan ini tidak akan mengulas mengenai ketertinggalan Minangkabau dari daerah lain maupun asal muasal kongres namun di kesempatan ini saya hanya akan mengutarakan sedikit pandangan saya tentang Kongres Minangkabau itu sendiri yang tentunya menurut persepsi saya sendiri.

“Baiyo mangko bakato, batolan mangko bajalan” mungkin peribahasa inilah yang melandasi keinginan pihak yang ingin mengadakan kongres ini. Suatu inisiatif yang patut diacungin jempol yang mengisyaratkan adanya kepedulian terhadap kemerosotan “Nagari”.Kompleksitasnya permasalah di Minangkabau memang harus melibatkan semua elemen anak nagari dalam satu lingkaran untuk menemukan formula yang tepat bagi penyelesaian masalah karena pihak pemrov/pemda sendiri tidak akan mampu menyelesaikan permasalahan yang ada sendirian. Sebab permasalahan tersebut sangat terkait dengan masalah Adat, ekonomi dan social yang tentunya juga hatrus melibatkan penghulu, ninik mamak, cadiak pandai dan limbago yang menaunginya.

Dibalik Indahnya wacana Kongres Minangkabau dengan kebersamaannya itu tersirat sedikit kekhawatiran tentang efektivitas kongres itu sendiri. Satu pertanyaan yang timbul”siapkah mereka bermusyawarah secara demokratis dan dengan berlapang hati menerima segala kritikan dari peserta Kongres ? pertanyaan ini muncul karena kecenderungan saat ini semua elemen masyarakat dalam limbago yang menaunginya terkesan terlalu ekslusif dan jauh dari keterbukaan menerima kritik. Dan hal ini jugalah yang merupakan salah satu katalis dari kemunduran Minangkabau dari Daerah yang menghasilkan intelektual menjadi hanya sekedar penghasil pedagang kaki lima dan RM Padang. Seorang Penghulu entah karena ke ekslusifannya tadi akan segera bermerah muka apabila ada anak kemenakannya melontarkan kritikan baik untuk personal maupun tentang limbago adat yang dipangkunya.

Sikap pesimis saya juga muncul apabila melihat organisasi masyarakat rantau yang akan ikut menyingsingkan lengan baju membahas permasalahan minang kabau di gelanggang Kongres yang akan berlangsung. Pertanyaannya “selama ini apa yang telah diperbuat oleh organisasi Orang Rantau tersebut untuk Nagari ? Saya melihat dari perspektif saya yang juga orang rantau, eksistensi dari organisasi Rantau itu sendiri tidak lebih hanya merupakan gelanggang bagi para elite nya untuk menjadi individu yang menonjol (baca populer) serta dekat dengan kekuasaan. Indikasinya bisa dilihat dari anggota kehormatannya yang di dominasi oleh para mantan pejabat. Belum ada sejarahnya (setahu saya) organisasi rantau memberikan sumbagan pemikiran cerdas yang sebenarnya sangat dibutuhkan bagi Nagari. Kehadiran mereka hanya untuk menjadi si”anu” yang merasa dekat dengan gubernur maupun sebagai perwakilan dari Orang Minang di rantau sehingga melempangkan jalan mereka secara individu untuk dikenal dengan pejabat di mana mereka merantau sesungguhnya. Kita bias lihat berapa banyak Gelar Kehormatan yang diberikan secara Cuma2 bagi orang luar Minangkabau yang sebenanrya merupakan kepentingan elite organisasi itu apakah itu kepentingan ekonomi maupun social.

Namun dibalik kepesimisan tersebut kesempatan layak diberikan kepada mereka yang terlibat dalam Kongres untuk memberikan sentuhan bagi bangkitnya Minangkabau dari ketertinggalan. Semoga dihasilkan kesepakatan maupun terobosan yang benar benar baru dan mampu untuk diterapkan tidak seperti kongres kongres yang telah lalu dimana tak satupun hasilnya yang bisa di aplikasikan. Rasa Harap ditemukannya formula mambangkik batang tarandam tak henti kita harapkan demi menuntaskan kerinduan Bangkitnya Minangkabau kembali menjadi industry otaknya Indonesia.


Semoga......