Bom Bali dua ;sebuah konspirasi ?


Ada dua respon yang cukup dominan dalam pendekatan terhadap peristiwa Bom Bali II pertama,mereka yang percaya pengeboman di New York itu dilakukan kelompok Islam radikal, atau dalam bahasa Barat disebut kelompok fundamentalis Islam yang di Indonesia sering dikaitkan terhadap keberadaan jamaah Islamiyah di pimpin Ustadz Abu Bakar Baasyir

Kedua, mereka yang lebih percaya pada teori konspirasi. Kelompok ini percaya teori konspirasi karena tidak percaya kelompok Islam melakukan aksi dahsyat tersebut. Bagi mereka, tragedi itu tak lebih, dilakukan antek-antek Amerika ,Australia dan Israel. Pendekatan kedua ini sangat laris berkembang di negeri kita dan menjadi bahan perdebatan yang cukup panjang.

Dari dua respon yang di kelompokkan diatas masing2 memiliki kelebihan dan kekurangan terutama teori konspirasi.

Teori konspirasi adalah teori yang dibangun atas dasar prakonsepsi, asumsi-asumsi atau bahkan imajinasi yang sudah kita bangun lebih dulu, dan itu sulit dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Dia selalu mengarah pada apa yang disebut pharanoia within reason. Jadi ada semacam pharanoia dalam akal pikiran. Teori konspirasi juga biasa mengembangkan apa yang dalam ilmu komunikasi disebut sistimatically distortion of information, informasi yang sengaja didistorsi secara sistimatis, sehingga sulit untuk dipertanggungjawabkan. Teori konspirasi juga mengarah pada terrorizing of the truth, meneror kebenaran itu sendiri, karena sulit dibuktikan. Nah, itulah yang perlu disaring.

Menurut saya, tidak adil mengatakan bahwa gerakan radikal Islam tidak ada. Kita harus jujur melihat akar historisnya cukup banyak di Indonesia, mulai dari Kartosuwiryo dan lainnya. Sementara dalam kalangan Islam sendiri ada metode dakwah yang radikal, minna minkum, kita-mereka, us and them. Sasarannya juga tidak jelas. Konsep dakwah yang fundamental selalu bil hikmah, dengan kebijaksanaan, wal mau‘idhatil hasanah, dengan teladan yang baik, wajâdilhum billati hiyâ ahsan, dengan perdebatan yang bermoral.

Setelah peristiwa 9 september di new york Osama bin Laden telah menjadi Ikon kedua setelah Saddam sebagai salah seorang pahlawan baik dalam televise maupun carito2 lapau. Setiap orang yang menikmati berita Televisi selalu mengeluarkan pernyataan yang membela kedua orang tersebut .Sikap pembelaan terhadap ikon baru itu kiranya lepas dari penilaian mereka telah melakukan pembunuhan massal, terror yang bertentangan dengan Hukum Internasional maupun hokum Islam. Suatu latar belakang kefanatikan yang secara penilaian objektif sangat tidak masuk akal Sebenarnya itu tidak lepas dari apa yang saya sebut diatas sebagai akar histories yang sudah ada di dalam kehidupan masyarakat kita. Betapa banyak kaos bergambar Osama dan Saddam yang laris dijual pedagang di Tanah Abang. Sedikit bukti bahwa mayoritas rakyat Idonesia telah mengidolakan kedua tokoh tetrsebut dengan alasan yang sederhana: mereka adalah Moslem ! hal itulah yang menimbulkan gejolak di dalam dada segelintir “kaum” di Indonesia.Sehingga tanpa adanya kerjasama dengan jaringan Al Qaidah pimpinan Osama bin Laden pun semangat untuk memerangi apa yg disebut kaum kafir akan dengan mudahnya membakar diri “kaum” yang kita sebut fundamentalis tadi.

Terlepas dari kekurangan maupun kelebihan dari dua pendekatan tersebut diatas kita sangat berharap sekali Polisi selaku penegak hukum dan penyidik mampu mengungkap kebenaran dibalik ini. Siapa yang bertanggung jawab dengan terror yang sangat merugikan Indonesia sebagi Bangsa. Kita berharap Polisi Indonesia mampu melakukan pengusutan secara empiric dengan mengemukan fakta fakta dan bukti bukti yang jelas dan kongkrit serta tidak menimbulkan asumsi asumsi yang bisa menimbulkan bermacam persepsi yang bias memecah belah persatuan bangsa.

0 komentar: