Bunga Anindya 2


Angin semilir menerjang rerumputan, menyibak pintu hati ,yang bergetar oleh ketukan amora
Bunga…
dewi manakah yang menjelma kedalam tiap helai kuntummu ?
Hingga mataku mengedip syahdu, terpikat kemilau embun yang menyejukkan

Himbauan kau kah itu ?
Yang menyentak setiap inci tulang putih,
yang digerakkan segumpal daging merah berdetak-detak,
hingga langkahku terseret mencari asal segala asa yang kini menguasaiku

aku menemukanmu bunga,
harum sukmamu membawaku kesini
bersimpuh luluh dihadapanmu
dan menjadi tanah hitam
tuk mengekalkan keindahanmu
ditempat permainan segala dewa dan dewi

Jakarta, 27 Februari 2008

Bunga Anindya


Aku hanyalah seorang pendaki, dengan lutut goyah dan langkah tertatih,Menelusuri semak berduri tajam, menginjak kerikil runcing yang mengoyak langkah,

Aku hanyalah seorang pendaki, dengan ransel berat mengelayut tubuh,
Dan punggung bungkuk membopong harap,

Aku hanyalah seorang pendaki, yang takabur menantang gunung,
Tinggi tebing bukan tak terlihat, keindahanmu jualah yang membawa gundah,

Aku hanyalah seorang pendaki, menerobos gelap berharap terang
Berharap engkau akan terlihat

Aku hanyalah seorang pendaki, menantang gunung ‘tuk sekedar melihat
Mekarnya bunga indah sejagad

Kawan, aku gila katamu ?

Matamati

Atas nama kita kau lepas bajumu, bajuku dan baju mereka
Seakan begitu kau akan merdeka
Tidakkah kau lihat belang disekujur dadamu ? goresan arang hitam dikening ,
Yang kau dapat dari tangisan kaum ibumu

Tidakkah kau lihat tulang rusukmu yang menonjol dari daging tipis,
kulit keriput berkerenyut yang lugu menunjukkan dirimu

matahari hampir tenggelam,
kau tunjukkan dadamu dan dadaku, terus berceracau dengan bahasa yang tak bisa kupahami

hatimati,
kau umbar segala cacat dan tukak membusuk di tubuhmu, tubuhku, tubuh kita
kau undang angin mengantar aromanya menelusup kedalam relung jiwa-jiwa nan suci,
kau racuni mereka,kau bunuh jiwa-jiwa suci itu, sampai kau yakin belangmu,
arang hitam dikeningmu menjelma mejadi kunang-kunang,
yang hinggap di kening-kening mereka
mengencingi mata mereka, mencabut hati mereka dari akar tunggang warisan masa lalu
untuk masuk kekubangan yang sama,
dimana kau kehilangan mata ditinggalkan hati

matamati, hatimati..