Valentine’s Day: generasi muda yang jadi korban


Lagi lagi menjelang tanggal 14 februari setiap tahunnya kontroversi terhadap perayaan hari kasih sayang ala barat ini kembali bergulir. Di edisi padang ekspres kemaren Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Limapuluh Kota, Drs H Achmad Anshori, DSc MPd, mengimbau agar setiap anak muda di 50 kota khususnya tidak merayakan hari valentine karena budaya tersebut tidak sesuai dengan agama Islam dan adat istiadat.

Larangan itu menjadi hal yang selalu berulang ulang disampaikan oleh kalangan yang prihatin terhadap terkikisnya budaya bangsa . Terutama dari kalangan agama yang menilai euofria kasih sayang ini tidak seharusnya dirayakan karena akar historisnya berasal dari budaya Kristiani. Sehingga ulama berpendapat perayaan ini adalah bid’ah dan khurafat karena tidak ada hukumnya dalam Syariah Islam.

Lalu kenapa himbauan ini dari tahun ketahun tidak mendapat respon yang berarti dari generasi muda ? sesungguhnya perayaan hari kasih sayang ini tidak lagi mutlak menjadi milik kaum kristiani yang mengingat akan kepahlawanan pendeta ST. Valentine saja namun lebih dari pada itu perayaan valentine telah menjadi lahan produktif bagi kalangan industri untuk menarik keuntungan berlimpah dalam waktu sesaat.

Valentine, industri dan racun sekuler

Tak dapat dipungkiri tanggal 14 february setiap tahunnya adalah tanggal yang ditunggu2 oleh anak muda di seantero jagad yang sedang di mabuk asmara. Mereka saling menyiapkan kado yang akan dipersembahkan kepada kekasihnya sebagai ungkapan adanya kasih sayang antara mereka. Tidak ketinggalan berbagai TV swasta pun ikut memeriahkan penyambutan momen tahunan ini dengan menyajikan tayangan diorama percintaan yang memukau berunsur cinta yang mengatas namakan kasih sayang.

Momen kasih sayang universal ini amat sangat mudah ditandai. Jauh hari sebelum momen ini tiba kita telah banyak melihat kartu ucapan selamat, cendera mata dan tren fashion berwarna merah jambu telah menyerbu ruang hidup kita. Tak ketinggalan hotel hotel ber kelas menyediakan makan malam romantis yang ditujukan bagi pasangan pasangan muda Betapa saat itu ruang imajinasi kita ikut larut dengan keromantisan yang dijual oleh kalangan pengusaha yang sangat jeli membaca peluang pasar.

Dari sana kita pahami bahwa terdapat sekelompok pengusaha yang meraup keuntungan dengan cara mengeksploitasi momen valentine tersebut dimana mereka menjadikan anak anak muda yang merayakan sebagai pasar mereka yang sangat potensial. Namun yang memprihatinkan kita adalah disamping menggelar dagangan mereka juga merusak jiwa anak muda dengan pemikiran dan pemahaman yang mereka susupi melalui euphoria Valentine’s Day. Pemikiran/konsep generasi muda telah diresapi oleh racun ideology kapitalisme yang berasaskan doktrin sekularisme yaitu pemisahan agama dari kehidupan. Bagi golongan muda ini merayakan Valentine’s Day dianggap tidak bertentangan dengan aqidah yang mereka pegang. Mereka sejatinya telah terpedaya dengan slogan-slogan dari Barat yang disuntikkan ke dalam pemikiran mereka.

Memahami persoalan

Peran serta kaum kapitalis memanfaatkan momen valentine’s day ini nyata nyata telah menggeser makna valentine’s day itu terutama dikalangan generasi muda. Generasi muda saat ini tidak melihat perayaan hari kasih sayang itu sebagai penghormatan terhadap kepahlawanan ST valentine yang mati karena membela cinta namun mereka hanya sekedar ikut memanfaatkan momentum ini untuk mengungkapkan cinta kepada pasangan mereka tanpa perlu mengetahui asal usul perayaan itu sendiri. Generasi muda telah menjadi korban dari kalangan Industri yang mengail laba sebesar besarnya dengan mengindahkan moral dan aqidah anak bangsa lewat doktrin sekuler. Ini musti kita garis bawahi agar ada pertemuan antara persepsi golongan agamawan dengan persepsi yang terbentuk di golongan generasi muda sendiri. Sebab jika masing masing golongan tidak paham substansi permasalahannya maka kontroversi ini tidak akan pernah berakhir.

Yang perlu kita lakukan sebagai kalangan yang prihatin terhadap perkembangan moral anak bangsa ini bukanlah dengan sekedar memberikan pelarangan terhadap mereka semena mena namun musti dibarengi dengan pengajaran norma agama, aqidah, sejarah serta pengetahuan kontemporer di keluarga dan sekolah sekolah. Tanamkan pada mereka bahwa kasih sayang tidak hanya kasih kepada pacar, pasangan hidup, tetapi juga kasih orangtua kepada anak-anak, dan juga sebaliknya kasih anak-anak kepada orangtua serta kasih sayang kepada sesama manusia. Pengungkapan kasih sayang tersebut tidak ditentukan oleh tanggal tertentu namun diwujudkan dalam pergaulan sehari hari. Hanya dengan menumbuhkan kesadaran dari dalam jiwalah kita bisa membentengi gempuran luar biasa ajaran sekuler melalui kaki tangan kapitalis dengan produk produk duniawinya.