Kaulah mendung dan matahariku

Enam tahun lalu di kota itu
Sandal jepit jadi saksi awal perkenalanku dengan mu
Makhluk manis ganti kulit
Semburan air terjun membuat mataku menyipit
Itu gunung dan bukan bukit !


Kisah berlanjut di malam minggu
Saat melamarmu jadi permaisuriku
Layaknya orang gagu
Kau pun langsung mencium pipiku..

Sejak itu aku tersadar
Hidupku pun makin berbinar
Kau menjadi bunga hatiku
Penyemarak nyanyian kalbu


Kisah kita bukan pasaran
beda dengan kebanyakan
Kita jadi petualang
Hingga sampai ke kaliurang

Dingin malam bukan halangan
Motor butut jadi tunggangan
Engkau duduk teramat manis
Duh indahnya parang tritis

Kebersamaan bukan tanpa halangan
Banyak batu jadi rintangan
Kita dihantam badai larangan
Cinta tetap dalam genggaman

Kisah berlanjut ke metropolitan
Kau dan aku jadi gelandangan
Makan susah apalagi kemewahan
Kita tetap bergandengan tangan

Kau bukan wanita sembarangan
Hatimu sebening mutiara
Senyummu sungguh amat menawan
Aku girang tak terkira

Tak terasa bulan depan
Tepatnya tanggal sembilan
Moga Tuhan berketetapan
Aku dan engkau dipersatukan

Saat ini aku merasakan
Perasaan yang amat dalam
Sungguh aku merasa terharu
Kaulah mendung dan matahariku

Aku berjanji pada alam
Tak akan menyianyiakan
Anugerah indah ciptaan Tuhan
Kaulah bidadari impian

Jakarta 23 Juni 2006 : 15.00 WIB

2 komentar:

Anonymous said...

walaupun ga gitu kenal dengan si penulis, sedikit banyak aku pernah ngobrol ma "radjanusantara" yg aku kenal dengan "beny". "Kaulah mendung dan matahariku" buat aku sajak yg indah,romantis,
Aku membacanya ampe berulang2 dan sempat terfikir,"apa mungkin ini the love story of radjanusantara ??" karena ada sebaris sajaknya yg menurut ku aneh :
"Tak terasa bulan depan
Tepatnya tanggal sembilan
Moga Tuhan berketetapan
Aku dan engkau dipersatukan"

boleh ga cerita dikit aja tentang "kaulah mendung dan matahriku " ma aku nanti kalo kita ada kesempatan utk ngobrol lg???

Anonymous said...

"cinta.....
memang sejuta indahnya....."