Tuhan dan Bencana

Teras Utama Padang Ekspres 14 Januari 07

Masih segar dalam ingatan kita berita menyedihkan tentang jamaah Haji Indonesia yang mengalami kelaparan di tanah suci Mekah. Sekaligus menggelikan karena pihak yang bertanggung jawab atas masalah itu Menteri Agama Maftuh Basyuni mengatakan semuanya adalah cobaan dari Tuhan. Lagi lagi Tuhan dijadikan subjek bagi setiap malapetaka ataupun sesuatu yang tidak baik terjadi pada penduduk negeri ini. Memang dengan sikap tersebut akan menimbulkan ketenangan dan sikap pasrah terhadap kesulitan yang menimpa. Namun apakah kita sudah menempatkan Tuhan dalam posisi yang semestinya?

Beberapa saat setelah Tsunami di aceh Goenawan Mohammad lewat sms mengatakan “Orang yang percaya bahwa tsunami adalah cobaan dari Tuhan, maka dia percaya kepada Tuhan yang buas.". Isi sms itu masih terngiang ngiang di telinga saya setiap ada bencana alam menimpa negeri ini. Apakah memang Tuhan yang Maha pengasih dan Penyayang tega mendatangkan bencana yang bertubi-tubi bagi umatnya, terlepas apakah mereka menjalankan syariat agama atau tidak ? Atau apakah Tuhan juga mempunyai kebukan-baikan dalam dirinya sehingga dengan kekuasaanNya Dia bisa berlaku semena mena kepada umatNya ?

Mungkin pertanyaan ini taka kan bisa kita jawab oleh karena keterbatasan pengetahuan kita tentang Tuhan itu sendiri. Sampai saat ini memang Teologi adalah percakapan yang belum berakhir mengenai subjeknya sendiri yaitu Theos (Tuhan). Kita hanya bisa memberi analisis sederhana bahkan hanya berupa komentar yang plural, tidak tegas apalagi konklusif dalam menjawab pertanyaan mengenai derita dan bencana.

Kembali ke persoalan kelaparan yang dialami jamaah Haji di tanah suci Mekah. Persoalan sesungguhnya adalah kelalaian pemerintah yang mengganti perusahaan katering Muassasah yang selama ini melayani jamaah haji Indonesia dengan Ana catering. Penggantian itu tanpa lebih dulu melakukan uji kelayakan terhadap perusahaan tersebut. Entah karena tidak ada koordinasi atau karena kurang professionalnya Ana catering, jatah makanan Jamaah haji tak sampai pada waktunya.

Banjir, longsor, kecelakaan taransportasi darat, laut maupun udara silih berganti terjadi. Belum hilang trauma akibat tsunami diaceh, banjir kembali melanda Aceh Tamiang. Bencana bertubi tubi yang dialami rakyat aceh kalau kita kembali kepada sikap fatalisme yang lagi lagi bermuara kepada cobaan Tuhan, sungguh dahsyat kiranya murka dan cobaan Tuhan kepada rakyat serambi mekah yang nota bene menjalankan Syariat Islam tersebut. Namun jika kita ubah sudut pandang dengan mencoba melihat realita secara jernih maka bencana alam yang menimpa rakyat ini tak lebih daripada ulah tangan-tangan manusia juga.

Berdasarkan berbagai analisis, misalnya yang dilakukan Greenomics Indonesia terhadap banjir di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Bencana alam tersebut merupakan dampak tidak memadainya lagi daya dukung hutan akibat pembalakan liar (illegal logging). Begitu juga longsor maupun banjir yang terjadi di Yogyakarta dan 13 daerah lainnya di Indonesia mengindikasikan kelengahan manusia dalam merespon perubahan alam dan cuaca.

Kita tidak menampik bahwa kematian, ketakutan, kelaparan, kekurangan harta dan hasil pertanian adalah cobaan Tuhan yang terlepas dari peran tangan manusia (QS. Albaqaroh 155-157). Kita juga tidak dapat membantah bahwa kisah Nabi ayub adalah benar benar cobaan dari Tuhan. Seorang Nabi saleh mengalami bencana yang melenyapkan seluruh keluarga dan hartanya dalam satu malam. Namun apakah bencana alam yang melanda negeri ini bisa dikategorikan seperti cobaan yang menimpa nabi Ayub tersebut ?

Sesungguhnya kita tidak sedang memperdebatkan apakah dengan banyaknya bencana di Indonesia membuktikan Tuhan memang kejam atau sebaliknya Tuhan tidak campur tangan sama sekali. Tidak ada kejadian di dunia ini tanpa seijin Tuhan, kita percaya Sunnatulloh adalah hukum yang mengatur alam dan seisinya ini bergerak secara harmonis dan seimbang. Saya yakin dan percaya Tuhan tidak semena mena mendatangkan cobaan beruntun kepada umatnya namun Tuhan juga tidak akan mencegah gejala alam dan bencana yang terjadi dengan melanggar SunnatullahNya sendiri agar umatnya tidak celaka kecuali dalam kasus tertentu mukjizat para Nabi misalnya..

Air mengalir ke tempat rendah, api panasnya membakar, benda yang dilempar ke atas akan jatuh kebawah begitu juga dengan pesawat yang tidak di maintenance dengan baik berpotensi untuk jatuh (kecelakaan). Hutan yang gundul akibat di tebang baik itu legal ataupun illegal berpotensi mendatangkan banjir. Dengan begitu paling tidak kita tahu apa yang terjadi dengan sudut pandang sains bahwa sebagian besar bencana alam yang terjadi dalam kadar tertentu disebabkan oleh kelalaian tangan manusia.

Oleh karena itu selain berusaha mengingatkan agar Pemerintah semakin tanggap menghadapi bencana kita juga dipanggil untuk merumuskan teologi bencana / cobaan yang lebih mengena. Sehingga kita tidak serta merta menyalahkan Tuhan (blaming God) dalam rangka escapisme dari tanggung jawab yang kita (baca: pemerintah) emban dalam melayani rakyat.

0 komentar: