Agama dan Pencerahan


Salah satu gejala intelektual yang paling menarik saat ini khususnya di kota kota besar adalah kembalinya minat untuk mempelajari Agama. Semaraknya kelompok-kelompok kajian Agama Islam,baik dalam lingkungan kampus bahkan dikalangan Pejabat yang ramai ramai mengundang Ulama untuk mengadakan Pengajian dengan bayaran yang cukup tinggi.

Kecenderungan untuk berpaling ke Agama bukan hanya pada dataran teoritis tapi juga melingkupi sikap dan perilaku.Semakin bertambahnya jumlah peserta jamaah Haji, semaraknya busana busana Muslimah di sekolah sekolah dan kampus,semaraknya upacara keagamaan seperti Istighotsah,munculnya kecenderungan Tasawuf serta tumbuhnya kaum yang mengklaim sebagai Puritan membuktikan asumsi asumsi di atas.

Dengan latar belakang dan dorongan apapun tumbuhnya minat untuk mempelajari Agama yang direfleksikan dalam kegiatan Ritual dan seremonial menarik untuk dicermati. Lebih dari itu kecenderungan itu muncul pada masyarakat yang masih diliputi berbagai penyimpangan seperti kemaksiatan yang merajalela,korupsi kolusi, eksploitasi tubuh wanita ,prostitusi dan maraknya tempat hiburan malam dan judi. Disini terdapat dua fenomena yang saling bertolak belakang,disatu sisi bergerak kearah kecenderungan terhadap agama dan disatu sisi masih terus berkembangnya bentuk bentuk penyimpangan.

Yang menarik dari fenomena diatas adalah pertanyaan : apa yang menyebabkan kecenderungan orang berpaling keagama ?

Kegilaan Modernisasi

Modernisasi identik dengan pembebasan hasrat dari kekangan baik berupa aturan2 maupun norma norma yang selama ini mengatur ritme kehidupan masyarakat. Moralitas atau etika sosial yang menjadi standar perilaku interaksi antar manusia mulai ‘jungkir balik’ secara dramatik sepanjang sejarah peradaban umat manusia ketika kapitalisme yang sesungguhnya lahir secara utuh. Hugh Dalziel Duncan melukiskan kapitalisme sebagai peradaban yang bercirikan uang, dimana uang pertama kali dipercakapkan dalam ranah peristilahan transendental.

Kapitalisme menawarkan ruang dimana hasrat dan keinginan dapat mengalir secara bebas bersamaan dengan mengalirnya capital dan komoditi. Kapitalisme merasuki mental secara kolektif sehingga menciptakan norma sendiri serta mencetak manusia yang consumeristis.

Perubahan budaya dan gaya hidup tersebut sedikit atau banyak akan menimbulkan kegoncangan atau konflik baik pada individu maupun kelompok Kalau konflik ini mencapai titik kritis orang akan mencari pemecahannya pada agama. Maka agama dipelajari secara intensif dan mendalam serta berupaya mengamalkannya sehingga ditemukanlah kedamaian. Bertolak dari sini diadakannya kajian agama, agama dibahas dan didiskusikan secara terbuka untuk memahami dan menghayati kembali pesan yang dikandungnya sehingga symbol agama memperoleh bentuk baru dengan bingkai purifikasi bahkan menimbulkan fundamentalisme.

Realitas sosial

Berpalingnya manusia pada agama disamping adanya dorongan emosional untuk memahami agama secara mendalam,juga dapat disebabkan adanya kekecewaan pada realitas sosial yang dihadapi seperti kekacauan keluarga, kejenuhan akan kemewahan hidup yang tidak mampu memenuhi kebutuhan batinnya serta yang paling dominan saat ini adalah efek dari tingkat kemakmuran yang semakin menurun sehingga lalu orang mencari pemecahannya dalam agama.

Disamping itu ada yang disebabkan oleh adanya dorongan dari masyarakatnya.Ia akan menemukan identitasnya dalam masyarakat,ketika ia berprilaku yang sesuai dengan agama.Ia belajar bukan untuk menemukan sesuatu yang hakiki tetapi untuk mendapatkan pengakuan. Mungkin juga ada yang melakukan tanpa adanya suatu target atau motif apapun tetapi ia melakukannya karena terpengaruh oleh tren yang ada pada mesyarakat.Bahkan disebabkan oleh adanya tekanan yang berasal dari luar dirinya seperti problem ekonomi, situasi politik yang mengecewakan maupun tekanan dari elit politik yang berkuasa.

Disinilah tampaknya secara sosiologis fungsi agama menjadi penting dalam kehidupan manusia dimana perubahan dan pengetahuan tidak berhasil dalam memberikan sarana adaptasi atau mekanisme penyesuaian yang diharapkan bahkan menimbulkan konflik. Dari sudut pandang fungsional, agama menjadi penting sehubungan dengan unsur unsur pengalaman manusia yang diperoleh dari ketidak pastian,ketidak berdayaan yang memang merupakan karakteristik fundamental manusia.

Memalingkan masyarakat dari segala bentuk elemen modernisme berupa materi ditengah dunia yang justru tergantung pada materi memang sesuatu yang hampir mustahil. Fungsi agama di era modernisasi ini setidak tidaknya berusaha meminimalisasi berbagai paradoks didalam masyarakat modern itu melalui pencerahan terhadap kekaburan dan ketidak pastian yang ada.

0 komentar: